Selasa, 13 November 2012

sebuah janji



Sebuah Janji
Pagi yang mendung, dinginya udara dan tetesan air yang jatuh dari atap rumah yang mengawali suasana saat itu. Pagi itu hujan sangat deras mengguyur kota belitang, ferni yang sedang duduk sendirian diteras sedang menunggu putera sahabat sejatinya sejak kecil. Saat hujan seperti ini dia teringat kenangan kecilnya dulu bersama putera. Saat itu dia sama putera sedang bermain ditaman, tiba-tiba hujan datang, dia dan putera segera masuk kesebuah gasoba yang ada ditaman itu. Terjadi percakapan kecil diantara mereka. ‘putera, aku sangat sedih, kalau hujan seperti ini aku jadi teringat sama mama. Waktu mama meninggal karena kecelakaan, juga hujan seperti ini,’ ucap gadis kecil itu. ‘kamu jangan sedih ya ferni, aku kan ada buat kamu, aku janji akan menemani kamu untuk selamanya’ ucap bocah lugu itu kepada sahabatnya.
            ‘benar, kamu akan menemani aku buat selamanya? Selamanya sampai kita dewasa? Tanya gadis itu lagi. ‘iya, bahkan kalau perlu kalau kita dewasa kita nikah saja. Kamu kalau dewasa maukan nikah sama aku? ‘sahut bocah itu dan ferni hanya menganggukkan kepala yang menandakan jawaban setuju. ‘tapi jika kamu ingkar janji gimana putera? ‘ucap gadis itu kemudian. ‘hemm…. Tenang saja, aku janji akan menghantarkan kamu ke orang yang bisa menemani mu untuk selamanya. ‘jawab putera singkat.
            Jika teringat hal itu, ferni merasa malu sendiri. Tak lama kemudian putera datang, akhirnya mereka berdua berangkat dengan montor yang dikendarai putera.
            Hari itu adalah hari minggu, seperti biasa putera mengajak ferni pergi jalan-jalan. Tapi kali ini berbeda. Sudah 2 jam ferni menunggu putera dirumahnya. Tapi iya tak kunjung datang juga. Kriiing….kriiiing…. terdengar handpone ferni  berbunyi. Segera iya angkat telfon itu, siapa tahu dari putera. Benar saja itu putera  ‘fer, sekarang kamu datang kerumahku, aku tunggu, tut….tut…tut ‘telfon itu terputus. Ha….ha….halo, putera….putera…..ha…..halo? ‘sahut ferni. ‘kox putus sih? ‘gerutu gadis itu.
            Dalam sekejap iya berada didepan rumah putera, ‘puteraa….!! Teriak gadis itu menerobos masuk kedalam rumah putera dengan suasana yang sangat damai. Banyak para tamu yang ada diruangan  dan tamu-tamu itu mengenakan jas dan gaun yang cantik. Ferni pun terkejut, kemudian iya mencari sosok putera. Ternyata putera berada di tengah-tengah para tamu undangan bersama seorang gadis yang sangat cantik. ‘baiklah karena seluruh para tamu undangan semua sudah hadir, mari kita mulai acaranya yaitu acara pertunangan. Kepada saudara putera adiyatma anak dari bapak andrew adiyatma menyematkan cincin pertunangan itu kejari manis saudari shalometa anggraini anak dari bapak alexander wijaya. ‘ucap mc. Mendengar semua itu ferni hanya terpaku ‘iya sudah.’ sekarang giliran saudari shalometa anggraini menyematkan cincin pertunangan itu kejari saudara putera adiyatma. Lanjut mc itu lagi.
            Tubuh ferni mati rasa, tidak bisa bergerak sama sekali ketika mendengar pertunangan itu. Tiba-tiba air matanya keluar begitu saja tanpa diperintah. Ketika putera melihat ferni, sorot matanya tajam dengan tatapan yang dingin seolah tidak perduli kehadiranya diacara pertunangan itu. Ferni menyanggupkan langkahnya, selangkah demi selangkah iya menuju ke putera untuk bersalaman dan memberi selamat kepada putera ‘selamat ya atas pertunanganya. ‘satu kata terucap dari mulut mungilnya dan kemudian dia pergi tanpa suara.
            Keesokan harinya ferni mendengar bahwa putera akan pindah rumah. Ferni  tidak tahu putera pindah rumah entah kemana. Begitu sakit hati ferni mendengar semua itu, meskipun putera bukanlah pacar ferni tapi sejak lama ferni memendam rasa suka itu kepada putera.
            Tiga tahun berselang, semenjak kejadian pertunangan itu, ferni menjadi cewek pendiam  dan suka mengurungkan dirinya dikamar. Seminggu kemudian ferni dijemput orang tuanya untuk pulang dan bertunangan dengan laki-laki pilihan orang tuanya itu. Sesampainya dia dirumah orang tuanya, dia langsung diperkenalkan dengan calon tunanganya. Berselang beberapa hari kemudian acara pertunangan diselenggarakan. ‘baiklah kita mulai acara pertunangan ini antara saudara raihan dengan saudari ferni. Kepada saudara raihan dipersilahkan menyematkan cincin pertunangan kejari manis saudari ferni. Ya sudah, sekarang giliran saudari ferni menyematkan cincin pertunangan kejari manis saudara raihan. Acara pertunangan pun berjalan lancar dan meriah.
            Tiba-tiba dia melihat sosok putera, sahabat sejatinya itu hadir diacara pertunangan itu. Kemudian ferni mendatangi putera, dan putera memberikan ucapan selamat kepada ferni. ‘selamat ya fer, kuharap kamu bahagia dengan pertunangan ini  ‘ucap putera. Ferni hanya membisu mendengar ucapan puetra, putera pun segera pergi, dan ferni pun kembali kepada orang tuanya. Acara pun dilanjutkan, ditengah acara tersebut tiba-tiba ferni merasa ga enak badan, iya pun meminta untuk diantarkan pulang. Raihan pun menghantarkan pulan, tanpa adanya raihan dan ferni acara itu pun tetap berlanjut sampai selesai. Ferni menjatuhkan dirinya ketempat tidur, dan dia pun menangis karena didalam hatinya iya masih mencintai putera tapi kini iya sudah bertunangan dengan orang lain.
            Enam bulan berlangsung dan hari ini ferni akan menikah dengan raihan. Ferni yang sedang berada didalam kamar yang sedang dirias, dia melihat wajahnya yang cantik dicermin dengan pakaian adat sunda. ‘tapi apakah keputusan yang iya ambil itu benar? ‘pertanyaan itu yang selalu terngiang dikepalanya. Ketika saat dimulai ijab Qobulnya, tiba-tiba handfon ayahnya berbunyi ternyata telefon dari ayahnya putera sahabat sejatinya yang mengabarkan bahwa putera telah meninggal karena kanker otak stadium akhir, ferni pun jatuh pinsan dan acara pernikahan pun tertunda.
            Beberapa hari kemudian, semenjak meninggalnya putera, ferni menjadi orang pendiam yang mengurung dirinya dikamar. Suatu malam, dia terbangun dari tidurnya, entah mengapa tiba-tiba iya melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya. Iya pun terkejut ketika melihat sosok putera memanggil-manggil nama ferni dibawah jendela itu. Iya pun bergegas menuju tempat putera. Selama iya bersama putera, putera mengajak jalan-jalan menuju kesuatu tempat. Ditengah perjalanan, iya pun bertanya-tanya kepada putera tapi putera hanya tersenyum. Sesampainya tempat tujuan, yaitu rumah raihan. Kemudian putera menceritakan semuanya kepada ferni apa yang telah terjadi. ‘fer, aku bertunagan dengan shalom itu karena aku sayang banget sama kamu, aku ga mau kamu sedih dengan tahu harapan hidup aku tinggal sedikit lagi. Aku cinta sama kamu fer dan dulu aku pernah berjanji walaupun aku ga bisa mendampingi kamu untuk selamanya, aku sendiri yang akan menghantarkan kamu ke orang yang bisa mencintai dan menyayangi kamu dengan tulus dan orang itu adalah raihan. Ferni pun menangis mendengar itu semua. ‘aku berjanji akan mencintai dan menyayangi raihan dengan raihan dengan sepenuh hati. ‘janji  ferni. Mendengar semua itu putera tersenyum dan menghilang bersama terbitnya mentari pagi. Ketika melihat raihan, ferni langsung memeluk erat raihan.’aku cinta dan sayang banget sama kamu, raihan. ‘ucap ferni dengan senyum mengembang.
            Tiga bulan seusainya, ferni melangsungkan resepsi pernikahan itu dan acara itu berjalan sangat meriah. Melihat langit biru itu ferni teringat bayangan wajah putera tersenyum puas yang telah menyatukan dua insan itu. ‘semoga kamu bahagia disana, putera’ ucap ferni didalam hati. Dan akhirnya ferni dan raihan hidup dengan bahagia .
 
 
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pengikut

 

@RAGIEL.Net. Copyright 2012 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Free Blogger Templates Converted into Blogger Template by Bloganol dot com